Selalu
ada jalan jika kita berusaha. Kalimat tersebut adalah ungkapan dari penulis
untuk menggambarkan ragam ikhtiar guna membangkitkan MAM Watulimo. Berawal dari
keprihatinan melihat kondisi perpustakaan serta keinginan untuk mengembangkan
minat baca siswa MAM Watulimo, maka pada tanggal 31 Maret 2017 penulis menghubungi
pihak Suara Muhammadiyah Yogyakarta. Pada saat itu yang terbayang adalah “Muhammadiyah
harus melihat kami”. Pikiran itulah yang pada akhirnya membuat penulis berupaya
membuat berbagai informasi yang kemudian kami tunjukkan ke Suara Muhammadiyah.
Selang
beberapa hari setelah pengiriman pesan tersebut, penulis menerima pesan dari
Suara Muhammadiyah (SM) Yogyakarta. Tepatnya 3 April 2017, kami diminta untuk mengirimkan
data lengkap tentang beberapa keluhan yang telah kami sampaikan sebelumnya. Disitulah
penulis mulai membuat narasi tentang kondisi MAM Watulimo secara umum. Tidak disangka
hal tersebut mendapat respon yang cepat dari pihak SM Yogyakarta. Mulai dari situlah
komunikasi kami berlanjut dan akhirnya pihak SM Yogyakarta memberikan kesanggupannya
bahwa tulisan yang sebelumya kami tujukan untuk menginformasikan tentang kondisi MAM
Watulio malah akan di terbitkan di
rubrik “surat Pembaca” SM Yogyakarta.
Setelah
majalah Suara Muhammadiyah edisi ke-8 terbit, kami mendapat banyak pemberitahuan
dari rekan- rekan Trenggalek bahwa MAM Watulimo termuat di rubrik SM Yogyakarta.
Namun bukan berarti kami langsung mendapat pemberitahuan akan menerima bantuan
buku. Setelah lama tidak ada satupun pihak yang menghubungi kami, pada tangal 16
April 2017 penulis menerima pesan singkat dari seseorang yang bernama Muslih, penulis
diminta untuk mengirimkan alamat lengkap madrasah, sebab beliau memiliki banyak
buku bekas anaknya dan akan dihibahkan semuanya untuk MAM Watulimo.
7
Juni 2017, penulis mendapat informasi bahwa MAM Watulimo memeroleh buku dari
Jawa Tengah. Setelah penulis melihatnya, ternyata buku tersebut tidak ditulisi alamat pengirim. Namun dengan keyakinan sendiri penulis memastikan bahwa itu buku tersebut adalah bantuan dari Bapak
Muslih di Ungaran, Jawa Tengah. Penulis langsung berinisiatif menghubunginya dengan nomor telepon yang
sebelumya digunakan untuk menghubungi penulis, namun nomor tersebut tidak bisa
kami hubungi karena tidak terdaftar. Penulis
kemudian mengeluarkan semua isi karung yang berisi beragam buku tingkat SMA. Kami
buka satu persatu dan kami dapati nama si pemilik buku itu “Liya Yusrina Sabila” (anak Bapak Muslih fikir penulis) siswa jurusan IPA yang pandai. Alasan itu pantas penulis sampaikan, karena buku yang ia
miliki dan diberikanya kepada MAM Watulimo begitu banyak dan lengkap. Mulai buku
tentang pembahasan olimpiade matematika, buku saku biologi, berbagai jenis
kamus bahasa Inggris dan buku- buku pelajaran lainnya mulai kelas X hingga XII.
Sebagai guru yang selalu berhadapan dengan para siswa, penulis merasa inilah
pengorbanan nyata seorang siswa terhadap saudaranya yang membutuhkan pendidikan yang lebih baik dengan buku.
Dalam
karung berisi puluhan buku tersebut, tidak ada tulisan atau ucapan pemberian kepada MAM Watulimo. Maka melalui tulisan ini penulis ingin sampaikan,
terimakasih Liya Yusrina Sabila, semoga kebaikanmu dan keluargamu mendapat
balasan dari Allah. Ilmu yang telah kamu peroleh dari buku yang saat ini diberikan kepada kami semoga menjadi pelindungmu di dunia dan kemuliaanmu di akhirat
kelak. Kedepan buku ini akan kami pergunakan sebaik- bainya untuk adik- adikmu
di MAM Watulimo dan sebagian untuk pegangan para guru disini.
(TAUFIK HAS)