Dulu, disaat waktu senggang menghampiriku
Kusempatkan memegang si penggores tinta
Namun, entah mengapa?
Di dalam diriku sebal melihat kehadirannya
Aku menjadi benci sang pena
Tapi kupikir aku salah menafsirkan
Tiba-tiba benakku berkata
Pagi, siang, malam pun ia tak kenal lelah
Demi menuangkan goresan tinta
Dalam selembar kertas putih resik tanpa noda
Sedang diriku sangat membencinya
Namun, begitupun si pena tak putus asa
Kini, kupikir tanpa menunggu, aku jadi bisa
Meliukkan mata pena dalam selembar kertas putih
Dengan goresan sebuah untaian hasrat penuh makna
Yang semoga kelak menjadi sebuah mimpi yang nyata
(ALIYAHMU MEDIA-RICA YUNITA)
Kusempatkan memegang si penggores tinta
Namun, entah mengapa?
Di dalam diriku sebal melihat kehadirannya
Aku menjadi benci sang pena
Tapi kupikir aku salah menafsirkan
Tiba-tiba benakku berkata
Pagi, siang, malam pun ia tak kenal lelah
Demi menuangkan goresan tinta
Dalam selembar kertas putih resik tanpa noda
Sedang diriku sangat membencinya
Namun, begitupun si pena tak putus asa
Kini, kupikir tanpa menunggu, aku jadi bisa
Meliukkan mata pena dalam selembar kertas putih
Dengan goresan sebuah untaian hasrat penuh makna
Yang semoga kelak menjadi sebuah mimpi yang nyata
(ALIYAHMU MEDIA-RICA YUNITA)